,,,,,,,,,,,,
Upaya Penataan Ruang dalam Mewujudkan KOTA TROPIS pada Tataran Makro
Kawasan perkotaan di Indonesia terutama kota-kota besar dan metropolitan yang berada di iklim tropis, saat ini mengalami permasalahan seperti meningkatnya polusi udara dan temperatur akibat semakin berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) terutama yang memiliki fungsi ekologis dan berfungsi lindung. RTH tersebut umumnya telah mengalami alih fungsi menjadi pertokoan, pompa bensin, mall, perumahan dan sebagainya yang mengakibatkan suhu perkotaan semakin meningkat dan kota menjadi tidak nyaman. Kondisi kawasan perkotaan tersebut di atas merupakan tantangan bagi perencana kota untuk mengembangkan pemikiran bagaimana melakukan perencanaan dan perancangan kota dengan mempertimbangkan faktor iklim agar permasalahan perkotaan tersebut dapat dipecahkan.
Sejalan dengan terbitnya UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, didalamnya diatur
muatan yang mendukung terwujudnya KOTA TROPIS, antara lain :
1. Ketentuan tentang penyediaan dan pemanfataan Ruang Terbuka Hijau yang ditetapkan paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah perkotaan yang terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat dimana proporsi ruang terbuka hijau publik minimum 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Ruang terbuka hijau publik meliputi antara lain taman lingkungan, taman kota, lapangan olah raga, taman pemakaman umum, jalan hijau, jalan KA dan jalur dibawah SUTET, sempadan sungai dan pantai.Sedangkan ruang terbuka hijau privat mencakup pekarangan rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami dengan tumbuhan. Proporsi 30 (tiga puluh) persen ini merupakan kebutuhan minimal untuk menjamin keseimbangan ekologis untuk meningkatkan ketersediaan udara air yang diperlukan penduduk perkotaan dan meningkatkan nilai estetika kota.
2. Ketentuan tentang penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki dalam Arsitektur Kota. Dalam perencanaan tata ruang kota perlu dikembangkan jalur-jalur pejalan kaki yang dapat menyediakan sarana bagi pejalan kaki yang nyaman dan terlindung dari cuaca panas dan hujan, misalnya dengan melengkapi jalur pejalan kaki dengan koridor beratap atau tanaman pelindung agar pejalan kaki dapat menjalankan aktivitasnya tanpa harus terpengaruh kondisi cuaca.
3. Ketentuan yang terkait dengan pengendalian pemanfaatan ruang khususnya yang menyangkut ketentuan peraturan zonasi yang mengatur antara lain intensitas penggunaan lahan dan aktivitas yang boleh, dilarang dan bersyarat. Pengaturan intensitas penggunaan lahan meliputi : persyaratan koefisien dasar bangunan, ketinggian bangunan, kepadatan bangunan dan pengaturan jarak (sempadan) antar massa bangunan. Dengan demikian diharapkan dalam suatu kawasan, bangunan yang ada tidak terlalu rapat sehingga dapat memanfaatkan terang langit serta mengoptimalkan aliran udara di antara massa bangunan yang dapat menurunkan suhu pada kawasan tersebut. Peraturan tersebut juga dapat digunakan untuk mendorong kebijakan pembangunan secara vertikal pada kawasan perkotaan yang lahannya semakin terbatas sehingga dapat menghasilkan proporsi ruang terbuka yang lebih luas.
Beberapa hal berikut ini merupakan strategi yang dapat dilakukan dalam PERENCANAAN & PERANCANGAN KOTA TROPIS, antara lain sebagai berikut:
1. Pengembangan zona-zona terpadu (Mixed land use) yang mengarah pada arsitektur kota yang kompak (compact city) yang mengintegrasikan antara tempat hunian, pusat perbelanjaan, tempat bekerja dan fasilitas sosial/fasilitas umum seperti pusat perbelanjaan, fasilitas kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Dari sisi penyediaan infrastruktur rancangan kota terpadu seperti ini akan sangat efisien dan dapat mengurangi kebutuhan pergerakan antar kawasan yang dapat menimbulkan kemacetan.
2. Pengembangan Transit Oriented Development yang merupakan pengembangan kawasan yang berorientasi pada jalur angkutan umum massal dengan kawasan hunian yang memiliki akses pejalan kaki terhadap fasilitas-fasilitas pendukung kawasan. Dalam konsep ini, setiap kawasan hunian terpadu yang luasnya sekitar 40 hektar dan dapat menampung penduduk sebanyak 5000 orang serta pekerja sebanyak 3000 orang. Kepadatan penduduk rata-rata pada setiap kawasan tersebut adalah 120 jiwa/ha. Kawasan human terpadu tersebut sebaiknya terhubung secara langsung dengan jalur KA atau busway yang menyediakan akses menuju pusat kota atau kawasan lainnya. Dalam setiap kawasan selain human perlu disediakan fasilitas umum/sosial seperti pertokoan, serta fasilitas penunjang untuk kebutuhan sehari-hari seperti kantor pos, bank; sekolah, poliklinik, dsb. Penduduk diharapkan dapat menempuh tempat di kawasan tersebut dengan berjalan kaki. Konsep tersebut memberikan kemungkinan digunakannya kendaraan tidak bermotor seperti sepeda serta waktu tempuh yang pendek.
3. Pengembangan sarana transportasi umum (Public transportation) yang nyaman, aman, dan terjangkau, untuk menangani permasalahan kemacetan lalu lintas yang berimbas pada meningkatnya polusi serta energi yang tidak efisien dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Penggunaan sepeda sebagai alat transportasi yang ramah lingkungan perlu didorong dan dikembangkan dengan menyediakan jalur khusus sepeda.
4. Penerapan konsep “roof top garden “ pada bangunan, untuk mengurangi peningkatan suhu pada kawasan yang cukup padat di kota-kota besar. Atap hijau tersebut dapat menurunkan suhu baik diluar maupun di dalam gedung, mengurangi efek urban heat island dan meningkatkan evapotranspirasi yang terjadi akibat penguapan dan perbedaan suhu udara. Atap hijau memiliki nilai isolasi yang tinggi,dan pendinginan bagian daiam gedung yang pada gilirannya akan menghemat energi. Berbagai studi yang ada menunjukkan bahwa gedung satu tingkat dengan atap rumput setinggi 10 cm akan menghasilkan penurunan 25 persen kebutuhan pendinginan di musim panas. Di Tokyo penelitian yang ada memperlihatkan bahwa ATAP HIJAU (green roofs) dapat mengurangi biaya pemanasan dan pendinginan hingga 25 persen. Beberapa negara maju seperti Jepang bahkan sudah mensyaratkan atap hijau untuk mereduksi panas perkotaan dan pencemaran udara, sedangkan Chicago sudah melaksanakan insentif bagi pemilik gedung untuk memasang atap hijau di gedung-gedung yang ada.
5. Penataan massa bangunan pada suatu kawasan perlu dirancang dengan mempertimbangkan jarak antar bangunan yang tidak terlalu rapat (kepadatan/intensitas bangunan) , mengatur ketinggian antar bangunan (skyline kawasan) untuk dapat memanfaatkan terang langit, efek bayangan dan mengalirkan aliran udara antar bangunan sehingga dapat menurunkan suhu pada kawasan tersebut.
Salah satu strategi yang efektif yang untuk mencegah atau mengurangi suhu udara pada kota tropis adalah dengan melakukan “efisiensi energi melalui desain arsitektur yang adaptif” dengan memanfaatkan semaksimal mungkin pencahayaan dan sirkulasi udara secara alami serta penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan.
Efisiensi energi tersebut dapat dilakukan antara lain melalui :
a) Pengembangan desain arsitektur yang dapat mengurangi sebanyak mungkin penggunaan energi untuk pendinginan ruangan, melalui pemanfaatan material bangunan yang menyerap panas dan upaya penerapan green design pada bangunan.
b) Pemanfaatan semaksimal mungkin pencahayaan alami dengan mempertimbangkan orientasi bangunan terhadap sudut jatuh sinar matahari.
c) Penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan yang memanfaatkan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin yang masih cukup berlimpah.
Bentuk-bentuk arsitektur tradisional kita yang tersebar di seluruh nusantara banyak mengandung nilai-nilai kearifan lokal dalam menyikapi kondisi ikiim tropis yang ada yang tercermin dari bentuk arsitektur, tata letak ruang, penggunaan elemen arsitektur, bukaan sertapenggunaan bahan bangunan ramah lingkungan. Arsitektur tradisional seperti rumah joglo ; rumah panggung banjar, penggunaan bahan bangunan lokal yang adaptif seperti dinding anyaman bambu dan atap ijuk yang mampu menghasilkan sirkulasi udara yang baik dan menyerap panas matahari, merupakan bentuk dari kearifan lokal yang patut dipertimbangkan dalam melakukan pengembangan arsitektur kota di masa mendatang.
Geladak front View 1 Geladak front View 2 Geladak Left view
( Sumber : oleh DIREKTUR JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM dalam acara : Seminar Peran Arsitektur Perkotaan Dalam Mewujudkan Kota Tropis ,Semarang ,6 Agustus 2008 )
PERTIMBANGAN –PERTIMBANGAN PENGARUH ALAM (KITA TINGGAL DI KAWASAN TROPIKA LEMBAB) PADA TATARAN MIKRO
A.) UDARA ALAMI
Pengkondisian Udara Alami dan Desain Arsitektur Untuk Bangunan Tropis
Ventilasi alami dipakai untuk memanfaatkan potensi di alam yang (Indonesia: tropis lembab) untuk membantu mencapai kenyamana termal. Ventilasi alami akan sangat bergantung pada kualitas udaralingkungan, sehingga udara lingkungan yang sejuk dan sehat menjadi modal utama keberhasilan ventilasi alami.
Untuk mendapatkan kenyamanan termal dengan pengkondisian alami dapat dilakukan dengan :
1. Sumbu panjang bangunan (orientasi bangunan), sumbu panjang bangunan setidaknya sejajar dengan sumbu timur dan barat (bersudut 5 derajat dari sumbu timur barat). Hal ini agar bukaan yang ada menghadap utara dan selatan. Penetrasi sinar matahari langsung juga dapat diminimalkan karena sisi terpendek yang berhadapan dengan matahari timur dan barat.
2. Tidak adanya material keras di sekeliling bangunan. Perlu diingat material di sekeliling bangunan akan menyerap panas. Halaman yang ditanami vegetasi pohon dan rumput akan memanfaatkan panas untuk proses asimulasi sehingga akan menambah sejuk udara sekeliling. Hindari pemakainan beton, aspal dan paving block di sekeliling bangunan.
3. Bangunan sedapat mungkin ditengah lahan atau memungkinkan mendapatkan hembusan angin pada semua sisi untuk membantu menyejukkan permukaan bangunan.
4. Usahakan ventilasi berlangsung 24 jam. Posisi jendela pada bukaan utara dan selatan. Pada malam hari perlu kasa nyamuk karena serngga menyukai cahaya terang dari dalam rumah. Hindari bangunan berdenah rumit, karena partisi pembatas akan menghambat aliran udara. Lubang bukaan diusahakan tidak hanya satu sisi teteapi 2 sisi bangunan sehingga tercipta ventilasi silang. (cross ventilation)
5. Teritisan pada bangunan sangat diperlukan. Idealnya panjang tritisan pada keempat sisi rumah berbeda karena berhubungan dengan panjang pembayangan pada bukaan dinding (jendela) tidak sama kada keempat sisi. Selain berfungsi untuk pembayangan, tritisan juga bermanfaat untuk menghindari tampias jika musin penghujan. Tritisan digunakan untuk melindungi bukaan. Pelindung ini dapat berupa pohon, tirai untuk menghindari sinar matahari langsung.
6. Dinding juga memerlukan perlindungan dari sinar matahari langsung. Dinding yang panas akan merambat masuk ke dalam ruangan sehingga ruangan menjadi ikut hangat. Untuk itu dapat dipakai teritisan untuk melindungi dinding. Atau dengan menggunakan selasar untuk melindungi dinding.
7. Langit-langit juga bermanfaat untuk mencegah panas masuk melalui atap ke dalam ruangan. Radiasi dari atasp dapat dicegah dengan langit-langit. Untuk mencitakan ventilasi alami yang baik, sebuah ruangan harus mempunyai ketinggian langit-langit minimal 3 m dari lantai.
8. Volume ruangan juga berpengaruh pada kenyamana termal. Volume yang besar dapat membantu mengatasi kesejukan. Efek volume sebenarnya menerapkan prinsip bahwa “Volume udara yang lebih besar akan menjadi panas lebih lama apabila disbanding dengan ruangan yang bervolume lebih kecil” Hal ini diterapkanpada bangunan colonial yang mempunyai ruangan yang besar, jendela yang lebar dan langit-langit yang tinggi diatas 4 m.
9. Usahakan ada 3 lubang ventilasi yang berbatasan dengan dinding luar yaitu : Lubang atas (untuk ventilasi atas dengan udara hangat yang ringan), lubang tengan (jendela, untuk angin yang mengenai tubuh) dan lubang bawah untuk melepaskan udara lembab yang berat.
10. Jika memungkinkan, angkatlah lantai bangunan minimal 50 cm dari tanah/ halaman untuk memudahkan udara lembab keluar dari bangunan. Perlu diingat kondisi Indonesia masuk kategori iklim tropis lemban dengan kelembaban 95-99%.
11. Hindari pemakaian karpet dari kain maupunkarpet plastic. Babut akan menjadi sarang debu dan kutu sedangkan karpet plastic akan menjebak udara, menjadi lembab dan akan menjadi sarang jamur. Akan meimbulkan bau tidak sedap dan akan merangsang bersin bagi yang alergi.
B.) UDARA BUATAN
Aspek perancangan Desain Bangunan yang mempertimbangan Pengkondisian buatan.
Untuk mendapatkan rancangan desain bangunan yang menghemat energi dalam rangka mencapai pengkondisian udara buatan (AC) yang optimal :
1. Orientasi bangunan. Panjang bangunan sejajar sumbu timur barat sehingga bukaan lebih banyak di utara dan selatan. Bukaan ini juga bermanfaat untuk pencahayaan alami. Dengan orientasi bukaan yang utar selatan, maka sisi terpendek jatuh pada sisi timur barat sehingga permukaan bangunan yang terkena radiasi matahari luasannya kecil. Panas yang diterima dinding akan diserap dan merambat ke dalam bangunan yang menjadi beban AC.
2. Pembayangan juga diperlukan untuk menghindari luasan permukaan dinding yang terpapar sinar matahari yang panasnya akan amerambat masuk ke dalam ruangan menjadi beban AC. Pembayangan dapat dilakukan dengan Pohon, Vegetasi, Tritisan, ataupun tirai.
3. Memakai material bahan bangunan yang dapat menahan panas masuk de dalam ruangan. Memakai bahan yang bernilai transmitan rendah (bersifat isolator) dan bernilai refleksi tinggi (warna cerah)
4. Jangan melupakan ventilasi. Memang konsep bangunan AC adalah tertutup, tetapu udara ruangan yang berputar terus akan menjadi kotor oleh keringat, uang makanan dll, sehingga dalam sehari misal pagi hari ruangan harus dibuka untuk mengganti dengan udara yang segar. Jika tidak akan bau an apek.
5. Bijaksana memakai AC (sesuai kebutuhan) memasang AC pada suhu rendah akan sangat memaksa ACdan konsumsi listriknya menjadi lebih besar. Suhu ruangan nyaman berkisar 25 derajat Celcius.
6. Volume ruangan juga berpengaruh pada kenyamana termal. Volume yang kecil akan dapat membantu AC bekerja cepat dalam mendinginkan ruangan. Untuk itu jika mendesaain bangunan yang memang didesain dengan AC tinggi langit-langit bias rendah dengan ketinggian 2,8 meter.
C.) SENGAT & SILAU MATAHARI
Gangguan matahari pertama datang dari silau cahayanya. Dan kedua, dari sengat sinarnya. (lihat gambar)
Cahaya penerangan sangat penting dalam penghayatan ruang dan bangunan. Tetapi bila sinar matahari terlalu banyak (di daerah tropis kita, jelas terlalu banyak) untuk ukuran kenikmatan manusia normal, maka sinar matahari terasa sebagai gangguan, menyengat mata dan kulit. Derajad kesengatan (yang sering menjadi sengit) dirasakan berlainan bagi manusia satu atau lain. Biasanya orang berkulit lebih gelap akan lebih terlindung kulitnya dari pembakaran kulit dan mata (mata adalah sebentuk kulit yang sangat peka terhadap cahaya). Itu berkat bintik-bintik mikroskopis kecil yang disebut pigmen. Kulit yang putih atau berwarna terang dan jarang pigmennya mirip kita bila tidak terlindung oleh pakaian. Pakaian orang di padang pasir, yang sengit sengatnya, serba putih (memantui kembali banyak sinar matahari) dan menutupi hampir seluruh tubuh, kecuali mata. Alasannya ialah melindungi kulit orang terhadap radiasi sinar matahari yang berlebihan, tajam dan berbahaya. Demikian pula rumah kita, terutama unsur atap, antara lain berfungsi sama dengan pakaian: melindungi penghuni terhadap sengat dan silau sinar matahari.
Sinar matahari dapat langsung (sesudah difilter oleh stratosfir dan troposfir) menyinari rumah. Ada yang tidak langsung selaku pantulan dari bulan maupun awan-awan. Sinar pantulan bulan sangat menyedapkan dan memberi perasaan nikmat dan haru. Sinar pantulan awan-awan biasanya menyilaukan dan menyakitkan mata. Juga dinding-dinding, terutama bila dikapur putih, atan seng atau aluminium dan benda-benda lain yang tidak gelap sangat memantulkan sinar matahari dan menyilaukan.
Perlindungan jenis perisai dan jenis penyaringan (filter) Sengat & Silau Matahari pada bangunan tropis :
Sinar-sinar itu dapat kita tanggulangi dengan:
a.) Prinsip payung atau perisai (prinsip pembayangan).
b.) Dapat pula kita saring, kita perlembut oleh saringan (filter).
Gambar & penjelasannya :
Daun jendela dengan pemutaran horizontal dalam keadaan terbuka berfungsi sebagai pelindung terhadap kesilauan
Konstruksi Jendela Berkisi-kisi
Konstruksi ini memungkinkan penahanan silau matahari, akan tetapi tanpa mengurangi pemasukan cahaya siang hari berkat pemantulan sinar pada permukaan atas daun jendela.
Contoh pelindung terhadap matahari. Efisien, indah, dan luwes. Perhatikan krepyak / kisi-kisi jendela dipasang di luar daun jendela kaca, dan yang dapat disetel tinggi-rendahnya secara tepat.
Saran-saran praktis tentang Perlindungan Sengat & Silau Matahari pada Bangunan Tropis :
a) Pemayungan atau penyaringan sinar matahari selain bermaksud mengurangi atau memperlunak sengat dan silau, sekaligus juga mengurangi penyinaran kalor yang terpantui dari benda atau bidang-bidang halaman. Pada atap, cahaya yang datang sebagian besar atau seluruhnya ditolak .Oleh krepyak, kisi-kisi, kerawang, kere dan sebagainya hanya sebagian kecil saja sinar diijinkan masuk. Sedangkan pada penanaman rumput, tanam-tanaman atau bidang kolam, sebagian besar sinar matahari, baik yang sengat, silau maupun sinar panas diisap dan hanya sebagian diteruskan dalam jumlah warna yang diinginkan. Penerusan itu pun sudah mengalami suatu pembelokan, atau penekukan (defleksi) sehingga pemantulan (refleksi) sudah sangat berkurang kekuatannya bersinar.
b) Dari segala yang disebut tadi tampak, bahwa baik dalam cara pemayungan maupun penyaringan sinar, bahan "payung" dan filter tadi harus kita pilih yang tepat. Artinya yang tidak mudah menjadi penolong bagi sinar matahari untuk masuk rumah, atau bahkan menjadi sumber panas sendiri sesudah ia terkena sinar matahari. Untuk itu harus selalu dilihat kedudukan benda-benda tadi terhadap sebuah rumah. Dinding halaman atau tanah halaman itu sendiri atau rumah orang lain adalah benda di luar rumah. Jadi terhadap rumah ia akan berfungsi sebagai kemungkinan sumber panas baru, sesudah ia terkena sinar matahari. Tetapi atap, dinding rumah kita, kisi-kisi, daun jendela dan sebagainya adalah benda-benda pada rumah kita, jadi bukan di luar. Mereka berfungsi bagaikan kulit rumah.
c) Maka dari segi usaha membuat perisai atau filter terhadap pemasukan sinar matahari, sebaiknya diikhtiarkan, agar benda-benda di luar rumah bersifat menyerap sebanyak mungkin sinar, atau dengan kata lain, jangan menyilaukan (silau artinya: banyak sinar terpantul keluar lagi) dan jangan yang mudah menjadi semaram kompor panas. Oleh karena itu dinding tetangga yang putih-silau atau pelat-pelat beton di halaman dekat rumah, tritisan.aspal dan pagar-seng mengkilat dan sebagainya, kurang menguntungkan bagi penghuni dalam rumah. Sebaliknya kulit-kulit rumah, daun jendela, jalusi dan sebagainya (yakni yang punya daya pantul kembali sinar-sinar yang datang dari luar) krepyak dari aluminium, atau asbes semen putih atau plastik mengkilat dan berwarna putih memang baik, dilihat dari segi fungsi perisai tadi. Tetapi kurang menguntungkan untuk tetangga dan orang luar. Tentulah dalam praktek nanti, kebijaksanaanlah yang harus memutuskan, bahan apa yang dipilih untuk daun jendela, atap dan sebagainya. Sebab, walaupun secara teoretis ''kulit" rumah sebaiknya harus berdaya pantul besar, akan tetapi atap alumunium umpamanya, yang sangat mengkilat, sungguh mengganggu mata orang lalu. Bahkan untuk penghuni sendiri akan silau bila ia sedang duduk-duduk di taman. Begitu silauan itu akan menjadi "senjata makan tuan." Maka harus dipertimbangkan oleh rasa sosial kita terhadap tetangga, apakah penyilauan yang menguntungkan penghuni di dalam rumah, akan terlalu merugikan sesama kawan yang ada di luar rumah.
d) Pohon-pohon rindang adalah unsur sangat penting, vital dan indah juga dari setiap arsitektur tropik. Yang dihindarkan hanyalah penanaman pohon besar terlalu dekat dengan bangunan. Selain dapat merusak pondasi yang disebabkan oleh akar-akar pohon itu, penanarnan terlalu dekat menghasilkan sampah banyak dalam talang-talang atau atap rumah. Selain itu, dapat pula terlalu lembab nantinya dalam rumah pada musim hujan. Tetapi pohon-pohon yang tidak terlalu dekat dengan rumah benar-benar merupakan unsur-unsur penyulap yang menakjubkan dan yang mampu untuk membuat seluruh arsitektur dan suasana kediaman menjadi nyaman, membuat kerasan dan agung. (lihat gambar)
e) Tembok dinding di luar rumah sebaiknya.diberi warna muda atau agak gelap. Warna kapur putih sangat menyilaukan dan sebenarnya kurang baik untuk ikiim yang lembab. Sangat bagus ialah penyelesaian soal dinding dengan penanaman tumbuh-tumbuhan rambatan halus yang dapat merayap dan menempel pada dinding luar (pagar atau dinding tetangga). Sehingga dedaunan rambatan itu sekaligus merupakan cat tembok alam yang bagus, menyejukkan dan menyedot kelembahan yang tersimpan di dalam dinding. Tentu harus dipilih jenis tanaman rambat yang tidak kejam akar-akarnya terhadap tembok. Lebih indah lagi bila tanaman itu berbunga banyak. Bila akar tanaman masih merusak tembok, maka sebaiknya tanaman itu dibuat merambat pada jaring-jaring tali, kawat atau bahan lain. Sehingga dinding tetap bersih, berkurang kesilauannya dan indah.
f) Tanah halaman dan jalan-jalan taman dekat rumah merupakan bidang penerima sinar banyak. Oleh karena itu jangan terlalu banyak memakai pelat-pelat beton atau batu penutup yang mudah menjadi panas dan memancarkan panas ke dalam rumah. Rumput atau tanah biasa lebih menyejukkan. Terutama penguapan rumput sangat menurunkan suhu di atas tanah keliling rumah. (Lihat Gambar)
Suatu cara yang bagus juga ialah pemasangan kerawang-kerawang sebagai pengeras di tanah. Lubang-lubang di dalam batu kerawang ditanami rumput halus. Demikian tanah tetap sejuk (pada kerawang lebih banyak lubang daripada beton) dan rumput bisa bertahan, bila diinjak-injak atau dilalui kendaraan, karena akar-akarnya tidak terkena.
g) Perlu diingat, bahwa jendela atau pintu-pintu lebar berkaca memang berkesan modern dan bagus, tetapi sering kurang tepat. Panas dan radiasi kesilauan terlalu banyak yang masuk. Kecuali bila halaman memang sudah terteduh oleh pohon-pohon besar. Kaca-kaca lebar pada arsitektur iklim dingin memang sangat tepat, karena di sana sinar matahari cukup mahal dan hari-hari banyak berkabut dan kelabu. Kaca-kaca lebar bisa baik, bila menghadap taman yang teduh atau terlindung oleh atap- atap lebar dari galeri atau jerambah. Sinar matahari yang datang secara global terdiri dari 48% cahaya, 46% merah infra dan 6% violet ultra. Dari jumlah tersebut 80% menembus kaca. Kira-kira 12% diresap oleh bahan kaca itu sendiri dan kira-kira 8% dipantul kembali oleh permukaan luar kaca. Dari sinar yang 80% masuk itu, sebagian jatuh pada dinding, lantai, perabot rumah dan sebagainya. Sebagian terbesar diresap menjadi panas dan sebagian lainnya dipantulkan kembali secara terbaur (difus). Dari sebagian kecil yang terpantui difus ini, ada yang kembali pada kaca dan 75-80% keluar ruangan. Dari sebab itu sebagian terbesar dari sinar matahari yang masuk berubah menjadi panas. Begitulah ruangan dipanasi tak langsung oleh matahari karena udara tidak meresap sinar) tetapi oleh radiasi dan konveksi dari bidang-bidang benda yang terkena matahari.
Gejala perangkap geothermis dan optis
a ) GeJala perangkap geothermis
Oleh sekian banyak pemantulan di dalam ruangan, sinar matahari masuk dan diresap sangat dalam oleh benda-benda di dalam ruangan. Hanya sebagian kecil saja sampai kembali pada kaca. Sinar diresap oleh ruangan dan memanasi ruangan.
b ) Gejala perangkap optis
Sinar yang kembali pada kaca temyata sudah menjadi sinar bergelombang panjang dan karena itu hampir semua diresap oleh kaca tadi (dari sebab itu dibutuhkan jalusi, louveres dan sebagainya) .Dari sebab itu kaca itu sendiri menyerap panas juga (kaca adalah semacam batu juga dan menjadi bidang sumber panas).Dan bila kaca hanya sebagian saja yang terlindung bayangan, sedangkan bagian lain menjadi semakin panas, kaca mudah pecah. Masa sekarang banyak dipakai kaca Rayban dan macam kaca lain yang banyak menyerap sinar-sinar infra merah dan memantulkan kembali sinar dari luar, sehingga dalam ruang terasa sejuk.
Karena sifat-sifatnya, kaca bukan bahan bagus untuk ruangan-ruangan yang pada masa kini sering diberi pasangan air-conditioning. Terlalu banyak, panas dari luar bisa masuk.
Perhitungan pertolongan pencegahan radiasi matahari
a) Perhitungan pertolongan pencegahan radiasi ini sebagai tambahan dapat
kita gunakan. Efisensi kaca dan sebagainya tidak mudah dihitung secara
eksak, karena di sini banyak sekali perkara ikut berpengaruh, antara lain
hembusan angin, ventilasi dan sebagainya. Tetapi rumus ini dapat dipakai
sebagai ancar-ancar.
S = angka nilai (dihitung dengan %) yang menunjuk pada derajad perlindungan terhadap penyinaran matahari.
dt = pertambahan suhu dengan kasa atau bidang pelindung.
dt0 = pertambahan suhu tanpa kasa atau bidang pelindung.
b) Jumlah radiasi panas yang dapat dicegah masuk ke dalam kamar oleh bahan:
jalusi atau rolade di luar jendela : 90-100%
jalusi di sisi dalam (di bagian alas jendela,sedangkan di bawah diberi lubang ventilasi
(gejala cerobong) : 80%
jalusi alluminium di sisi dalam : 30%
lamel-lamel yang berputar pada poros vertikal (di luar jendela) : 80-90%
kaca spesial penyerap kalo (diberi banyak ventilasi) : 50-70%
markis atau (dengan angin sepoi-sepoi) : 79%
markis atau (dengan angin keras) : 88%
markis atau (dengan lobang ventilasi di atas, angin sepoi-sepoi : 85%
tabir kain, tergantung dan menyebabkan selalu adanya
udara di antara jendela dan tabir : 47%
tabir kain, tergantung lepas 32%
tabir rota, 10 cm di muka kaca : 90%
Catatan:
Ada konstruksi jendela kaca yang berjalusi istimewa dapat berputar 180°. Pada angin kencang jendela terputar dan jalusi-jalusi lalu ada di sisi dalam. Pada angin lemah, jalusi-jalusi ada di sisi luar.
Kisi-kisi dan Elemen Pelindung Sengat & Silau Matahari
a.) Suatu sistem yang sangat bagus dan sudah berabad-abad membuktikan gunanya ialah kisi-kisi, jalusi, kerai, louvres, krepyak dan semacam itu.Prinsip krepyak, louvres dan sebagainya sebenarnya ialah prinsip kerai. Melalui alat-alat itu, sinar matahari yang masuk dikurangi kuantitas dan kualitasnya. Disaring dalam arti kuantitas dan kualitas juga. Krepyak atau kisi-kisi bisa berkedudukan mendatar ataupun vertikal. Kedua-duanya punya alasan yang berharga. Tergantung sinar yang mana dan yang bagaimana boleh masuk ruangan atau tidak.
b.) Satu hal yang harus ditaati ialah, penempatan alat-alat tersebut harus di luar jendela (kaca) jangan di dalam, seperti kerap kali kita lihat. Pemasangan di dalam akan menimbulkan radiasi pada jalusi yang juga akan menjadi sumber yang panas. Pemanasan jalusi disertai pemanasan udara yang terkurung antara kaca dan jalusi. Demikian proses konveksi ikut timbul, sehingga udara di antara kaca dan jendela dan jalusi menjadi tinggi.
Maka konveksi di situ sangat membantu juga meningkatkan suhu, yang menyebarluaskan diri selaku konveksi seluruh keadaan suhu di dalam ruangan. Lebih merusak lagi ialah, bila kita membuat daun jendela dengan kaca dobel yang mengurung rapat hawa udara. Hawa di antara kedua lembar kaca akan terpanasi dan tidak bisa keluar karena tertutup rapat. la tetap akan mengembang dan dapat memecahkan seluruh kaca.
Hindarkanlah konstruksi-konstruksi yang memudahkan proses semacam itu. Dari sebab itu jalusi, krepyak, louvres, hcrisontal overhangs,dan sebagainya hams dipasang di luar jendela. Karena lalu akan terwujudlah suatu saluran mirip cerobong asap dan timbullah secara alamiah di situ gerak konveksi ke atas. Demikian jalusi selalu juga menyerahkan panas yang ada padanya kepada hawa udara yang naik dari bawah yang dingin, ke atas yang panas.
Contoh pemakaian jalusi secara keliru, yakni di sebelah dalam bidang kaca, sehingga udara di antara jalusi dan kaca menjadi panas dan mengalir dalam ruangan terus menerus.
Contoh pemasangan jalusi yang betul, yakni di luar jendela kaca
( Sumber : “Pasal-Pasal Pengantar Fisika Bangunan” ,YB Mangun Wijaya )
Rumah Tradisional Tropis untuk Rumah Tinggal Urban
Prof Dr Christoper Alexander,arsitek dan filantropis yang mengajar di Universitas Harvard di Amerika Serikat, pernah mengatakan dalam satu milis (internet mailing listgroups) bahwa arsitektur tradisional di seluruh dunia seperti yang sudah dibangun di Indonesia, Jepang, Rusia, Afrika, Turki, Iran, India, dan China penuh dengan bentuk-bentuk yang mencengangkan. Bentuk itu mewakili bangunan, seni, dan rancangan yang telah berlangsung ribuan tahunyang bisa dianggap warisan bagi dunia. Meski gaya masing-masing sangat khas, bangunan ini mempunyai nilai sangat penting sebab memberikan contoh sesuatu yang mendalam. Ia menampilkan suatu struktur yang hidup. Struktur yang hidup di sini berarti arsitektur hidup yang berarti hadirnya kehangatan dalam arsitektur tersebut. Lebih jauh lagi struktur-struktur tersebut bukan hanya berinteraksi dengan alam, tetapi dengan kehidupan dan sosial penghuninya. Memang keuntungan dari bangunan dengan mengikuti kaidah-kaidah arsitektural tradisional lokal (di Indonesia sering disebut sebagai arsitektur tropis basah) adalah kemampuannya mengakomodasi keadaan iklim setempat sehingga bisa menambah kenyamanan penghuninya atau penghematan energi. Namun, satu kelebihan lagi adalah seluruh penampilan rumah akan lebih baik karena bangunan Anda akan terasa lebih hidup dan hangat. Oleh karena itulah bagi rumah tinggal di kota mengadopsi arsitektur tradisional mulai digemari lagi meski dengan penambahan dan- penyesuaian kehidupan kota. Beberapa kaidah bangunan tropis yang diadopsi untuk rumah tropis modern di kota besar, adalah sebagai berikut :
1. Plafon dibuat tinggi untuk sirkulasi udara karena udara panas terangkat ke atas menarik udara segar dari luar ke dalam, dan menjadikan ruang lebih sejuk serta memudahkan cahaya matahari masuk secara maksimal.
2. Atap berlapis dengan over stek yang panjang untuk menahan hujan dan menahan sinar matahari langsung.
3. Ada teras sebagai peralihan ruang dalam dan luar. Antara ruangan buatan dan kehijauan di luar, juga sebagai penahan udara panas tidak langsung kebangunan. ,
4. Pengolahan ruang luar dengan tanian yang maksimal untuk menyerap radiasi sinar matahari dan dengan mendapatkan udara segar dari embusan angin yang melewati taman.
5. Banyak menampilkan bahan- bahan primer alam seperti kayu, batu alam, dan bata karena bagaimana pun bahan bahan yang alami seolah memberi ikatan yang dalam antara bangunan dan alam.
(Sumber : SAPTONO ISTIAWAN SK, Ikatan Arsitek Indonesia _IAI )
Arsitektur Tropis
Rasanya sudah waktunya untuk memberikan suatu alternatif pemecahan berbentuk arsitektur rumah tinggal yang sesuai dengan budaya dan alam lingkungannya, karena arsitektur merupakan salah satu hasil karya budaya. Kedua arsitektur tersebut di atas merupakan warisan arsitektur tradisional yang kita punyai, yaitu dengan ciri khas daerah tropis negeri kita menggunakan bentuk atap miring, overstek panjang serta menggunakan bahan kayu dan genteng. Kalau kita kaji lagi lebih dalam bentuk-bentuk arsitektur itu sudah terdapat pada masa kolonial (masa penjajahan Belanda) yang unsur-unsur ungkapan dan mungkin tata ruang dalamnya dipadukan dengan arsitektur setempat (tradisonal/lokal). Kemudian pada abad ini muncul lagi sebagai salah satu citra arsitektur rumah tinggal di Indonesia yang memasukkan unsur asing ke dalam bangunannya, menggabungkan elemen arsitektur masa lalu dan masa kini, dan berciri tradisional. Benih-benih positif ini perlu dikembangkan lebihjauh lagi karena mau tidak mau konsep dan proses perancangan akan mengalir terus bersama waktu.
Gambaran dan pengertian mengenai arsitektur tropis perlu dipahami lebih luas lagi, citra-citra ketropisan tidak bisa ditafsirkan secara sempit hanya masalah iklim saja. Hal yang sama juga dikatakan oleh Eko Budihardjo, bahwa proses perancangan selayaknya diadaptasikan terhadap kultur, pola kehidupan dan struktur sosial, iklim dan topografi, dengan mempertimbangkan aspek ekologi dan lingkungan secara integratif (Kompas, 25 Juli 1987).
Kenyataannya hal semacam itu belum tampak dalam dunia arsitektur.
Arsitek harus mengetahui desain rumah tinggal yang baik, berapa anak dalam keluarga yang akan mendiami rumah tinggal tersebut, apa kegemarannya, dan sebagainya. Jika kita mau mengikuti aturan atau pola dan membutuhkan satu analisis yang tntu saja mendalam, tentunya akan didapatkan hasil sebuah desain rumah tinggal yang benar. Sehausnya arsitektur dilihat sebagai bahasa, pendapat ini dilontarkan oleh Geoffrey H. Broadbent dalam satu seminar “Design in Architecture” , karya arsitektur sebagai rangkaian kalimat, sedang elemen-elemennya seperti garis, bidang, warna dan sebagai kata. Cara merangkainya beliau sebut sebagai gaya yang di tata seperti komposisi bahasa. Jadi, “ekspresi arsitektur harus bisa dirasakan, sehingga bisa melihat suatu bangunan, orang akan menemukan sesuatu yang lain, suatu ciri khas”.
Corresponding elevations of verandah-ways at different levels to show the range of combinations of design features to encapsulate the character of the street-shape
Corresponding elevational variations within each typology showing the flexibility of the organising system in the adaptations to the building form
(Sumber : “The Tropical Verandah City” (some urban design ideas for kuala lumpur), Penulis : Ken Yeang, Penerbit : Asia Publications )
Bentuk yang akhirnya berkembang saat ini, dan dapat dijadikan dasar untuk rumah tinggal kita yang menggunakan bahan-bahan sederhana. Sesuai dengan lingkungan alamnya (tropis), kemiringan atapnya tajam dan tentu saja punya kepribadian. Belajar dari sejarah masa lalu memang perlu, seperti dikemukakan oleh Amos Rapoport, “Lessons from traditional settlement”. Dari masa lalulah akan didapatkan segalanya, di antaranya kultur yang spesifik, komunikasi yang efektif dengan penghuni, alam kebudayaan tradisional, cara hidup yang serupa, dan tentu saja kualitas lingkungan. (Environmental Quality, Metropolitan Areas and Traditional Settlement, 1983) Semua proses pendekatan di dalam arsitektur sebaiknya melalui tahapan belajar dari sejarah arsitektur masa lalu (arsitektur tradisional) untuk hunian (rumah tinggal), dan hal itu diharapkan dapat memberikan satu ciri khas bagi arsitektur tropis .
Sebagai wilayah tropis yang memiliki warisan budaya dan keragaman arsitektur tradisionalnya ini, maka para arsitek harus dapat mengendalikan diri sepenuhnya dalam mengemban tugas kemanusian yang luhur ini. Dengan demikian, wajah kota yang penuh pesona bentuk dan gaya arsitektur post modern dapat terisi oleh adanya keakraban masyarakat, budaya dan tentu saja bangunannya. Pengkajian masalah arsitektur tropis perlu dilakukan sedini mungkin, perlu partisipasi masyarakat dan pendidikan arsitektur sebagai penghasil arsitek-arsitek untuk memahami lebih jauh lagi tentang kondisi alam dan masyarakat Indonesia ini.
by, Galih PS Putri
Referensi :
1.) Pasal – Pasal Pengantar Fisika Bangunan Bab Sengat & Silau Matahari
2.) DIREKTUR JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM dalam acara : Seminar Peran Arsitektur Perkotaan Dalam Mewujudkan Kota Tropis ,Semarang ,6 Agustus 2008
3.) SAPTONO ISTIAWAN SK, Ikatan Arsitek Indonesia _IAI
4.) “The Tropical Verandah City” (some urban design ideas for kuala lumpur), Penulis : Ken Yeang, Penerbit : Asia Publications )